Spirit Muludan Oleh: Dr. Achmad Irwan Hamzani , Dekan Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal

GAGASAN

Spirit Muludan

Oleh: Dr. Achmad Irwan Hamzani , Dekan Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal.
Tradisi muludan hidup dalam masyarakat Islam khususnya Indonesia yang sudah ratusan tahun. Gelaran tahunan yang diselanggarakan tiap bulan Rabiul Awal ini memperlihatkan nuansa keberkahan spiritual dan bahkan bernuansa kesenian. Rabiul Awal sendiri merupakan bulan yang di dalamnya terjadi peristiwa sejarah yang sangat istimewa bagi umat Islam, yaitu lahirnya Nabi Muhammad Saw.
Muludan sebenarnya hanyalah peristiwa budaya dengan kemasan agama Islam. Penyelenggaraan muludan sebagai sarana pengingat kelahiran Nabi Muhammad Saw. Mulud diambil dari kata maulid, milad dalam bahasa Arab yang berarti lahir. Artinya pada tanggal tersebut berlangsung sebuah peristiwa besar yang diingat dan diperingati. Peristiwa besar itu adalah kelahiran Nabi Muhammad Saw. yang kelak menandai perubahan peradaban dunia dengan hadirnya agama Islam.
Secara historis, awal mula peringatan maulid diadakan sebagai pemicu semangat perang yang dipimpin Shalahudin al-Ayubi yang mendapati pasukannya mengalami depresi akibat perang berkepanjangan, yaitu Perang Salib pada abad ke-12 hingga 13 Masehi. Melihat pasukannya depresi, Shalahudin berpikir untuk mencari metode yang dapat membangkitkan kembali semangat pasukannya. Shalahudin pun mempelajari pasukan musuh (pasukan Salib) yang selalu tampil gagah berani di medan perang dengan penuh semangat juang.
Shalahudin menduga pasukan Salib setiap tahun mendapatkan suntikan spiritual melalui Perayaan Natal yang dapat membangkitkan semangat juang berani mati. Selanjutnya shalahudin mencoba membangkitkan semangat pasukannya dengan cara mengingat dan membaca kembali sejarah perjuangan Rasulullah Saw. Hasilnya, dengan memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw. yang hidupnya penuh dengan perjuangan, ternyata efektif memulihkan kembali spirit tentara Islam untuk bangkit berperang melawan tentara Salib.
Muludan dalam perkembangan selanjutnya diselanggarakan bukan untuk kepentingan membangkitkan semangat perang. Muludan diselenggarakan dengan berbagai makna dan filosofi yang membingkai ajaran agama dalam pendekatan tradisi lokal. Peringatannya ditandai dengan pembacaan Kitab Barzanji yang berisi kisah Nabi Muhammad Saw. baik di masjid, mushala maupun tempat-tempat lainnya yang sengaja disiapkan.
Lebih dari soal tradisi, secara historis bulan Rabiul Awal mempunyai beberapa peristiwa penting terkait dengan perkembangan umat Islam khususnya bagi masyarakat di Indonesia hingga menjadi bagian umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa pertama, yaitu maulid (kelahiran) Nabi Muhammad saw, yang lahir pada Senin 12 Rabiul Awwal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Dinamai ‘tahun Gajah’ karena pada waktu itu tentara Abrahah dari Yaman menyerang Makkah untuk menghancurkan Ka’bah dengan mengendarai gajah. Namun, mereka gagal karena Allah mengirimkan pasukan burung Ababil dari angkasa yang menghujani pasukan gajah tersebut dengan batu dari neraka. Peristiwa ini diabadikan dalam al-Quran surah al-Fiil ayat 1 – 4. Namun peristiwa ini tidak terkait dengan perkembangan Islam, karena Nabi Muhammad Saw. baru diutus menjadi Rasul 40 tahun kemudian.
Peristiwa Kedua, yaitu peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah, dan ini belum diketahui kebanyakan orang. Bulan Muharram memang ditetapkan sebagai awal perhitungan tahun Hijriyah. Namun hijrahnya Nabi Saw. tidak terjadi pada bulan Muharram, melainkan pada bulan Rabi’ul Awal. Disebutkan dalam Sirah Nabawiyah bahwa Nabi Muhammad Saw. berhijrah meninggalkan Gua Tsur malam Senin tanggal 1 Rabi’ul Awal tahun I Hijriyah (16 September 622 M), dan selanjutnya memasuki Kota Yathrib (sekarang Madinah) hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal.
Momentum itu dapat dikatakan sebagai proklamasi tegaknya negara Islam di Madinah, dan menjadi era baru fase dakwah setelah 13 tahun berdakwah di Makkah dengan segala rintangannya. Baru di Madinah lah Rasulullah Saw. menerapkan Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan di kemudian hari, Rasullullah Saw. berhasil menaklukkan kota Makkah dan memimpin masyarakat Islam hampir di seluruh jazirah Arab.
Peristiwa ketiga, adalah wafatnya Rasulullah Saw. dan dibaiatnya Abu Bakar sebagai khalifah pertama umat Islam. Ibnu Katsir menerangkan bahwa Rasulullah Saw. wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H.
Wafatnya Rasulullah Saw. menjadi pertanda lahirnya era Khulafa al-Rasyidin, era pemerintahan Islam. Sebab pada hari yang sama, sebelum jenazah Nabi saw dimakamkan, umat Islam telah membaiat Abu Bakar Shiddiq sebagai khalifah di Saqifah Bani Saidah. Peristiwa ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang dirintis Rasulullah Saw. tidak berhenti. Kepemimpinan berlanjut dengan diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah, dilanjutkan oleh Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib.
*Dikutip dari berbagai sumber.
Oleh: Dr. Al Hamzani, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *