Meraih Derajat Takwa Oleh: Dr. Mohammad Khamim, M.H., Dosen Fakultas Hukum dan Magister Ilmu Hukum Universitas Pancasakti Tegal

Gagasan

Meraih Derajat Takwa

Oleh: Dr. Mohammad Khamim, M.H., Dosen Fakultas Hukum dan Magister Ilmu Hukum Universitas Pancasakti Tegal

https://baladena.id/meraih-derajat-takwa/

 

Hampir setiap mendengar kajian Ramadhan maupun khutbah di Bulan Ramadhan selalu dikutip ayat al-Quran yang menyebutkan tujuan puasa adalah untuk meraih derajat takwa. Puasa memang dimaksudkan agar orang menjalankan dapat menjadi orang yang bertakwa.  Artinya dalam berpuasa, tidak memikirkan sesuatu di luar meraih tujuan puasa itu sendiri. Karena itu, diperlukan keikhlasan dan kesungguhan dalam menjalankan puasa.

Keikhlasan dan kesungguhan itu diwujudkan dalam pengabdian yang total hanya untuk mencapai derajat ketakwaan. Segala asesori puasa yang bisa memperindah nilai di hadapan Allah bersungguh-sungguh harus jalani. Shalat tarawihnya, tadarus al-Qurannya, dzikir, dan memperbanyak shadaqah.

Bisa dihitung maupun ditimbang, apakah memang puasa yang dijalankan secara kualitas sudah sesuai dengan aturan dan contoh yang diberikan oleh Rasulullah atau belum. Apakah hanya rutinitas tahunan? Ataukah hanya sebatas adaptasi atau ikut-ikutan.

Sejak kanak-kanak sering disuguhkan pemahaman tentang bulan Ramadhan yang terbagi atas tiga penggal per sepuluhan hari. Sepuluh hari pertama Allah berkenan menurunkan rahmah (karunia)-Nya kepada para hamba. Kemudian dilanjutkan pada puluhan hari kedua ketika Allah begitu welas asih memberikan maghfirah (ampunan)-Nya, di penggal puluhan terakhir: terbebas (terjauhkannya) dari api neraka, itqum minannaar.

Harus disadari  bahwa puasa yang dijalankan bulan ini baru berlangsung beberapa hari. Artinya saat ini tengah berada dalam hari-hari untuk meraih penggalan pertama di bulan Ramadhan. Keberhasilan meraih anugerah rahmah (karunia) dari Allah sangat ditentukan dengan perolehan hari demi demi hari. Hari pun harus dilalui semenjak awal puasa, adzan subuh berkumandang hingga datangnya waktu maghrib, sebagai tanda berbuka.

Kalau menilik dari tiga penggalan yang disebutkan di atas, maka penggalan pertama ini akan sangat menentukan, apakah seseorang akan meraih sukses di penggalan kedua yang disebut maghfirah (ampunan) atau tidak. Penggalan kedua akan sangat menentukan juga apakah puasa yang dijalankan akan mendapat anugerah itqun minannar (terjaga dari api neraka).

Tiga penggalan itu adalah satu kesatuan dalam berpuasa. Tidak otomatis ketika berpuasa di hari-hari pertama santai kemudian mengebut di saat-saat terakhir. Tapi semua itu merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan selama menjalankan ibadah puasa.

Tentu bagi umat Islam tahu untuk meraih tiga penggalan sebagaimana yang diajarkan dari kecil itu tidaklah mudah. Seorang yang beriman tentu harus melampaui tahap demi tahap sebelum tahapan ketiga terlampaui. Untuk meraih kesuksesan di setiap tahap itu kunci utama adalah dalam berpuasa harus  dengan penuh keikhklasan dan kesungguhan (imanan wahtisaban).

Sebelum meraih derajat takwa, tentu sudah waktunya untuk menyongsong terlebih dahulu Rahmah Allah di penggalan pertama bulan puasa ini. Jangan terlambat, karena bisa jadi puasa yang dilakukan adalah puasa terakhir. Karena tidak ada jaminan tahun depan masih diberi kesempatan atau finish sampai di sini.

*Dikutip dari berbagai sumber.

Oleh: Dr. Mohammad Khamim, M.H., Dosen Fakultas Hukum dan Magister Ilmu Hukum Universitas Pancasakti Tegal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *