GAGASAN
Dampak Puasa terhadap Perubahan Sosial
Oleh: Dr. Moh Taufik , Dosen Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal
Puasa Ramadhan tahun ini sebentar lagi akan usai, tinggal dalam hitungan hari. Hampir dalam sebulan , aktivitas ibadah di masjid, mushola serta seantero tempat pemukiman, merasakan adanya suasana yang sejuk dan damai. Berbondong bondong orang orang melaksanakan ibadah sholat ke masjid dan mushola.Tidak hanya kegiatan sholat, banyak diantara muslim yang juga mengadakan kegiatan ngaji ( tadarusan ) baik siang, sore , apalagi malam setelah sholat tarawih. Tidak ketinggalan para Ibu ibu ikut berpartisipasi menyediakan makanan untuk berbuka Bersama, serta menyediakan aneka hidangan pula untuk para jamaah yang mengaji . Praktis semua berlomba lomba dalam ibadah, memberikan yang terbaik dalam segala bentuk, serta terjadi kebersamaan yang guyub antar sesama warga, sehingga hampir diseluruh tempat , terjadi suasana yang nyaman, tentram, damai dan sejuk.
Gambaran tersebut pasti berlangsung setiap tahun, apalagi di Indonesia, sudah menjadi tradisi dan budaya yang mengakar, yang disebut aktivitas ibadah puasa Ramadan. Dengan aktivitas yang rutin setiap tahun ini, semestinya apa dampak yang bisa didapat dari kita semua melaksanakan puasa Ramadan sebulan penuh ini ? pertanyaan kepada kita semua juga , sudah berapa tahun kita melaksanakan puasa ini, seberapa jauh perubahan diri dan sosial yang bisa dibuat untuk membuat menjadi lebih baik dan lebih bermakna.Jangan jangan puasa yang didefinikan makna adalah menahan diri ( menahan makan, minum dan berhubungan suami istri bagi yang sudah menikah, dari waktu subuh sampai magrib ) . Pertanyaan besar lainnya, adalah apa dampak puasa terhadap perubahan sosial, masyarakat dan bangsa Indonesia.
3 Tingkatan Puasa
Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumuddin, membagi tiga tingkatan orang berpuasa. Pertama, Puasa Umum ( Shaum al Umum ), yaitu orang yang berpuasa sekedar menahan lapar dan bahaga serta menahan nafsu seksual . kedua, puasa khusus ( Shaum Al Khusus ), yaitu orang yang berpuasa bisa menahan diri pada telinga, tangan, mata, kaki dan semua organ dari perbuatan dosa.Ketiga, puasa khusus untuk orang khusus ( Shaum Khusus al Khusus ), yaitu orang yang berpuasa yang bisa menahan hati agar tidak berbuat kehinaan, memikirkan dunia dan segala turunannya, serta meyakini bahwa Ilah satu satunya adalah Alloh Swt.
Puasa tingkat pertama, itu bagus , hanya lebih memberikan perubahan bagi diri sendiri, baik Kesehatan maupun kualitas ketakwaan nya. Minimal pada tingkat yang kedua, puasa nya bisa memberikan dampak kepada sosial masyarakat sekitar. Pribadinya bisa menjaga sopan santun, baik ucapan, perbuatan, maupun perilaku di media sosial, sehingga menciptakan kenyamanan bagi orang lain, serta bagi kehidupan kantor, karakter tingkatan kedua, memberikan dampak integritas bagi kantor dan institusi untuk menjadi pengayom Amanah masyarakat.Sementara pada tingkat yang ketiga, puasa yang bisa memberikan dampak yang lebih luas lagi dari masyarakat, yaitu bangsa dan negara. Tingkatan ini akan membangun karakter bangsa untuk menjadi bangsa yang berintegritas dan memberikan value baru bagi masa depan Indonesia baru yang berkemajuan dan berkeadaban.
Transformasi Sosial
Dengan melihat tingkatan puasa tersebut, harapan nya adalah puasa Ramadan tahun ini akan menjadikan probadi muslim pada tingkat yang ketiga, minimal kedua. Sehingga membawa perubahan besar bagi diluar dirinya, karena sesungguhnya puasa ini adalah misi pemberdayaan bagi diri dan masyarakat, siapa yang bisa memaknai puasa dalam konteks hakiki , maka puasa menjadi symbol perubahan yang revolusioner bagi terbangunnya Indonesia baru yang tercerahkan.
Proses ini membutuhkan waktu yang lama dan bertahap, karena kebanyakan yang menjalankan puasa tidak mendasarkan pada ilmu, serta tidak memiliki orientasi yang jelas dalam berpuasa. Beruntung kita tinggal di Indonesia, yang tradisi puasa mengakar sejak dahulu kala orang tua kita berada. Tantangan puasa paling berat terjadi bagi yang berpuasa di negara negara yang minoritas muslimnya, baik Amerika, Eropa, Australia dean belahan negara lainnya, termasuk juga bagi wilayah muslim di timur tnegah yan setiap saat mengalami masa peperangan, sehingga harus hidup dalam kekawatiran dan kegelisahan.
Indonesia saat ini dihadapkan pada persoalan yang cukup rumit, dari berbagai dimensi kehidupan. Kehidupan ekonomi, hampir sebagain besar masyarakat mengalami pelambatan usaha akibat dampak pandemic, usaha banyak tidak berjalan normal, kemacetan angsuran kredit perbankan terjadi dimana mana, akibat bisnis melambat, pelaku usaha pasar tidak seramai sebelum pandemic, akibat daya beli masyarakat yang lemah. Bidang sosial masyarakat, munculnya budaya korupsi yang semakin meningkat, bahkan di bulan puasa ini, angka korupsi masih tinggi, dengan banyak nya kasus korupsi di daerah daerah. Sampai di pusat juga banyak, termasuk juga terjadi korupsi di pusat, seperti Jiwasraya, Asabri sampai Perijinan ekspor Bahan mentah ( CPO ) minyak goreng. Dibidang budaya, semakin merajalelanya kasus kekerasan di jalanan, munculnya fenomena begal, perang sarung terjadi di generasi muda daerah daerah di Indonesia. Bidang bidang lainya juga menunjukan adanya gejala degradasi kehidupan berbangsa dan bernegara, termsuk polarisasi masyarakat yang masih terjadi sampai sekarang. Sehingga kita semua lupa jatidiri kita, bahwa Indonesia adalah negara yang besar, berwibawa, gemah ripah loh jinawi, yang terkenal di saentero dunia sebagai bangsa yang santun, kaya sumber daya alam dan manusia.
Menjelang berakhirnya puasa Ramadan, mari kita semua berdoa dan berharap agar kualitas ibadah puasa yang dilaksanakan, bisa sampai level ketiga, sehingga bisa menjadi pribadi yang Tangguh , seperti yang tercermin di dalam surat Al Mukminun ayat 1-3 . Sungguh beruntung, orang orang yang beriman ( 1), Yaitu orang orang khyusuk dalam sholatnya ( 2) , Dan orang orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna ( 3 ).Innilah ciri pribadi pribadi Tangguh Indonesia yang bisa mewjudkan negara Indonesia yang bersih , jujur, berkarakter dan bisa mewujudkan negara yang Baldatun Toyyibun Warrobbun Ghofur, negara yang gemah ripah loh jinawi, tentrem masyarakatnya, wibawa bangsanya dan sejahtera warganya. Semoga.
*Dikutip dari berbagai sumber
Oleh: Dr. Moh. Taufik, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal
GAGASAN
Dampak Puasa terhadap Perubahan Sosial
Oleh: Dr. Moh Taufik , Dosen Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal
Puasa Ramadhan tahun ini sebentar lagi akan usai, tinggal dalam hitungan hari. Hampir dalam sebulan , aktivitas ibadah di masjid, mushola serta seantero tempat pemukiman, merasakan adanya suasana yang sejuk dan damai. Berbondong bondong orang orang melaksanakan ibadah sholat ke masjid dan mushola.Tidak hanya kegiatan sholat, banyak diantara muslim yang juga mengadakan kegiatan ngaji ( tadarusan ) baik siang, sore , apalagi malam setelah sholat tarawih. Tidak ketinggalan para Ibu ibu ikut berpartisipasi menyediakan makanan untuk berbuka Bersama, serta menyediakan aneka hidangan pula untuk para jamaah yang mengaji . Praktis semua berlomba lomba dalam ibadah, memberikan yang terbaik dalam segala bentuk, serta terjadi kebersamaan yang guyub antar sesama warga, sehingga hampir diseluruh tempat , terjadi suasana yang nyaman, tentram, damai dan sejuk.
Gambaran tersebut pasti berlangsung setiap tahun, apalagi di Indonesia, sudah menjadi tradisi dan budaya yang mengakar, yang disebut aktivitas ibadah puasa Ramadan. Dengan aktivitas yang rutin setiap tahun ini, semestinya apa dampak yang bisa didapat dari kita semua melaksanakan puasa Ramadan sebulan penuh ini ? pertanyaan kepada kita semua juga , sudah berapa tahun kita melaksanakan puasa ini, seberapa jauh perubahan diri dan sosial yang bisa dibuat untuk membuat menjadi lebih baik dan lebih bermakna.Jangan jangan puasa yang didefinikan makna adalah menahan diri ( menahan makan, minum dan berhubungan suami istri bagi yang sudah menikah, dari waktu subuh sampai magrib ) . Pertanyaan besar lainnya, adalah apa dampak puasa terhadap perubahan sosial, masyarakat dan bangsa Indonesia.
3 Tingkatan Puasa
Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumuddin, membagi tiga tingkatan orang berpuasa. Pertama, Puasa Umum ( Shaum al Umum ), yaitu orang yang berpuasa sekedar menahan lapar dan bahaga serta menahan nafsu seksual . kedua, puasa khusus ( Shaum Al Khusus ), yaitu orang yang berpuasa bisa menahan diri pada telinga, tangan, mata, kaki dan semua organ dari perbuatan dosa.Ketiga, puasa khusus untuk orang khusus ( Shaum Khusus al Khusus ), yaitu orang yang berpuasa yang bisa menahan hati agar tidak berbuat kehinaan, memikirkan dunia dan segala turunannya, serta meyakini bahwa Ilah satu satunya adalah Alloh Swt.
Puasa tingkat pertama, itu bagus , hanya lebih memberikan perubahan bagi diri sendiri, baik Kesehatan maupun kualitas ketakwaan nya. Minimal pada tingkat yang kedua, puasa nya bisa memberikan dampak kepada sosial masyarakat sekitar. Pribadinya bisa menjaga sopan santun, baik ucapan, perbuatan, maupun perilaku di media sosial, sehingga menciptakan kenyamanan bagi orang lain, serta bagi kehidupan kantor, karakter tingkatan kedua, memberikan dampak integritas bagi kantor dan institusi untuk menjadi pengayom Amanah masyarakat.Sementara pada tingkat yang ketiga, puasa yang bisa memberikan dampak yang lebih luas lagi dari masyarakat, yaitu bangsa dan negara. Tingkatan ini akan membangun karakter bangsa untuk menjadi bangsa yang berintegritas dan memberikan value baru bagi masa depan Indonesia baru yang berkemajuan dan berkeadaban.
Transformasi Sosial
Dengan melihat tingkatan puasa tersebut, harapan nya adalah puasa Ramadan tahun ini akan menjadikan probadi muslim pada tingkat yang ketiga, minimal kedua. Sehingga membawa perubahan besar bagi diluar dirinya, karena sesungguhnya puasa ini adalah misi pemberdayaan bagi diri dan masyarakat, siapa yang bisa memaknai puasa dalam konteks hakiki , maka puasa menjadi symbol perubahan yang revolusioner bagi terbangunnya Indonesia baru yang tercerahkan.
Proses ini membutuhkan waktu yang lama dan bertahap, karena kebanyakan yang menjalankan puasa tidak mendasarkan pada ilmu, serta tidak memiliki orientasi yang jelas dalam berpuasa. Beruntung kita tinggal di Indonesia, yang tradisi puasa mengakar sejak dahulu kala orang tua kita berada. Tantangan puasa paling berat terjadi bagi yang berpuasa di negara negara yang minoritas muslimnya, baik Amerika, Eropa, Australia dean belahan negara lainnya, termasuk juga bagi wilayah muslim di timur tnegah yan setiap saat mengalami masa peperangan, sehingga harus hidup dalam kekawatiran dan kegelisahan.
Indonesia saat ini dihadapkan pada persoalan yang cukup rumit, dari berbagai dimensi kehidupan. Kehidupan ekonomi, hampir sebagain besar masyarakat mengalami pelambatan usaha akibat dampak pandemic, usaha banyak tidak berjalan normal, kemacetan angsuran kredit perbankan terjadi dimana mana, akibat bisnis melambat, pelaku usaha pasar tidak seramai sebelum pandemic, akibat daya beli masyarakat yang lemah. Bidang sosial masyarakat, munculnya budaya korupsi yang semakin meningkat, bahkan di bulan puasa ini, angka korupsi masih tinggi, dengan banyak nya kasus korupsi di daerah daerah. Sampai di pusat juga banyak, termasuk juga terjadi korupsi di pusat, seperti Jiwasraya, Asabri sampai Perijinan ekspor Bahan mentah ( CPO ) minyak goreng. Dibidang budaya, semakin merajalelanya kasus kekerasan di jalanan, munculnya fenomena begal, perang sarung terjadi di generasi muda daerah daerah di Indonesia. Bidang bidang lainya juga menunjukan adanya gejala degradasi kehidupan berbangsa dan bernegara, termsuk polarisasi masyarakat yang masih terjadi sampai sekarang. Sehingga kita semua lupa jatidiri kita, bahwa Indonesia adalah negara yang besar, berwibawa, gemah ripah loh jinawi, yang terkenal di saentero dunia sebagai bangsa yang santun, kaya sumber daya alam dan manusia.
Menjelang berakhirnya puasa Ramadan, mari kita semua berdoa dan berharap agar kualitas ibadah puasa yang dilaksanakan, bisa sampai level ketiga, sehingga bisa menjadi pribadi yang Tangguh , seperti yang tercermin di dalam surat Al Mukminun ayat 1-3 . Sungguh beruntung, orang orang yang beriman ( 1), Yaitu orang orang khyusuk dalam sholatnya ( 2) , Dan orang orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna ( 3 ).Innilah ciri pribadi pribadi Tangguh Indonesia yang bisa mewjudkan negara Indonesia yang bersih , jujur, berkarakter dan bisa mewujudkan negara yang Baldatun Toyyibun Warrobbun Ghofur, negara yang gemah ripah loh jinawi, tentrem masyarakatnya, wibawa bangsanya dan sejahtera warganya. Semoga.
*Dikutip dari berbagai sumber
Oleh: Dr. Moh. Taufik, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal